Sabtu, 31 Maret 2012

Masih Ingatkah Tri Dharma Perguruan Tinggi ?

Masihkah Kau Amalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi?

Kembali saya tergelitik untuk menulis tentang mahasiswa dan apa yang disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kita mulai dari yang pertama, pendidikan. Sudah sewajarnya mahasiswa itu berangkat ke kampus, mengikuti kuliah, mengerjakan tugas yang diberikan dosen, ujian, dan mendapatkan nilai. Cukupkah hanya itu saja? Cukup, bila memang kita melihat pendidikan dari sisi sesempit itu. Mari kita buka sedikit sudut pandang kita, apakah memang pendidikan hanya sekedar kuliah dengan output nilai atau gelar sarjana? Seharusnya jawabannya tidak. Pendidikan jauh lebih luas dari itu dan tidak hanya terbatas pada kegiatan belajar mengajar di kelas saja. Perguruan tinggi memang hanya sebatas itu, namun mahasiswa selalu dapat mengembangkannya jauh lebih luas lagi.

Contohnya, pendidikan rohani bisa diperoleh dari kenyataan adanya kelas yang bentrok dengan jadwal sholat, atau mungkin ujian saat ada jadwal ke gereja. Bagaimana cara mahasiswa mengatasi masalah itu agar mendapatkan kuliah serta beribadah. Secara tidak sadar mahasiswa sudah mendapatkan pendidikan lebih dari sekedar di kelas.

Hal ini akan bertambah ketika mahasiswa mengikuti suatu organisasi kampus, semisal himpunan mahasiswa jurusan. Tidak dapat disangkal, pasti ada suatu kegiatan untuk mendidik kita agar menjadi lebih berani berpendapat, berani bertanggung jawab, berani malu, dll. Kita sebagai orang yang dikader (atau istilah kunonya diospek atau diplonco) pasti akan berpikir bahwa si senior ini kurang ajar, teriak-teriak, mempermalukan adik-adiknya. Kenyataannya, memang ada sedikit kepuasan ketika melakukan itu semua (saya pernah menjadi panitia juga). Namun dibalik itu, sudah disusun berbagai macam hal yang perlu diperoleh si junior sebelum dapat menjadi anggota, nilai-nilai apa saja yang perlu didapat, dll.

Kita lanjut yang kedua, penelitian. Bagi mahasiswa, biasanya mereka akan benar-benar mengerti apa itu penelitian saat tingkat akhir. Saat semua mahasiswa berlomba-lomba masuk lab, studi lapangan, survey, dll. Seluruh hasil-hasil tersebut akan dikumpulkan dan menjadi sebuah karya besar yang disebut Tugas Akhir atau skripsi. Sekali lagi, cukupkah skripsi menjawab poin penelitian ini? Tidak. Bagi saya, meneliti tidak hanya terbatas pada mengerjakan tugas akhir dengan berbagai macam eksperimen, pengolahan data, dll. Ketika mahasiswa memperdalam ilmu yang dia dapat di kelas dan mengaplikasikannya secara langsung (ini disebut ngoprek), ini adalah bentuk dari penelitian.

Contoh mudahnya, mahasiswa elektro mendapatkan ilmu tentang rangkaian listrik di kelas dan dia mengerti serta paham penuh dengan seluruh materi itu. Dia mencoba untuk mengaplikasikannya ke dalam suatu rangkaian listrik yang nyata, mulai dari menyolder PCB, menyusun komponen, uji-coba, troubleshooting, dll. Ini adalah suatu penelitian. Mencoba mencari dan menghasilkan sesuatu yang baru dan memperbaiki apa yang sudah ada.

Terakhir, pengabdian masyarakat. Mungkin inilah yang paling sulit untuk dilakukan seorang mahasiswa secara langsung. Hasil belajar dan penelitian seseorang mahasiswa mungkin diajukan menjadi sebuah proposal kepada pemerintah dan pemerintah mewujudkan proposal tersebut dan masyarakatlah yang menikmati. Itu pun pengabdian masyarakat, secara tidak langsung. Tapi apakah kita bisa menjamin hasil penelitian kita pasti berguna dan bermanfaat bagi masyarakat?

Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika mahasiswa turun langsung ke masyarakat saat menjadi mahasiswa. Contoh mudahnya, menjadi pengajar murid-murid SD di lingkungan sekitar atau berkunjung ke pak RT dan pak RW sekitar kampus. Simpel, amat sangat simpel malahan. Namun hal inilah wujud mahasiswa sesungguhnya yang diinginkan masyarakat, yang dapat membantu masyarakat. Saya yakin hampir semua masyarakat ingin mahasiswa yang seperti ini, yang dekat denga mereka, yang santun tutur bahasanya, dan dapat sedikit mengangkat beban mereka yang sangat berat. Tidak ada masyarakat yang suka melihat mahasiswa demo di jalanan, berteriak-teriak lantang meminta keadilan untuk masyarakat, belum lagi aksi-aksi anarkis yang sering ada di setiap demonstrasi. Benar niat para pendemo baik (mari kita berpositif thinking). Mereka ingin pemerintah atau siapaun objek demonstrasinya untuk berbuat demi kepentingan rakyat. Namun alangkah baiknya jika niat baik itu diiringi dengan perbuatan yang santun dan menyenangkan semua orang.

Mungkin itu Tri Dharma Perguruan Tinggi bagi mahasiswa saat ini. Entah siapa yang membuat ini (saya kurang tahu), yang jelas maknanya sangat dalam. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat memangf sesuatu yang harus dilakukan oleh semua mahasiswa, tanpa terkecuali. *just an opinion