Minggu, 31 Oktober 2010

KENAKALAN REM,AJA

KENAKALAN REMAJA

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.

Definisi kenakalan remaja menurut para ahli

  • Kartono, ilmuwan sosiologi
    Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
  • Santrock
    "Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."

KENAKALAN REMAJA SEBAGAI PERILAKU MENYIMPANG HUBUNGANNYA DENGAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL KELUARGA

Kasus Di Pondok Pinang Pinggiran Kota Metropolitan Jakarta

Masngudin HMS

Abstrak

Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.

I. PENDAHULUAN

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988,26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, misalnya (Eitzen, 1986 : 400), mengatakan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota pada umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dampak kondisi perumahan di bawah standar, overcrowding, derajat kesehatan rendah dari kondisi serta komposisi penduduk yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di Pondok Pinang Jakarta Selatan tampak ciri-ciri seperti disebutkan Eitzen diatas. Sutherland dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar untuk menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi cenderung devian, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan kriminal.

Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.

II. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifkasi dan memberikan gambaran bentuk-bentuk kenakalan yang dilakukan remaja di pinggiran kota metropolitanJakarta, yaitu di kelurahan

Pondok Pinang.

2. Untuk mengetahui hubungaanan aaantara kenakalan remaja dengan keberfungsian sosial keluarga

3. Penelitian ini ingin memberikan sumbangan bagi pemecahan masalah kenakalan remaja dengan memanfaatkan keluarga sebagai basis dalam pemecahan masalah.

III. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pemilihan metode ini karena penelitian yang dilakukan ingin mempelajari masalah-masalah dalam suatu masyarakat, juga hubungan antar fenomena, dan membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada.

Cara pemilihan sampel yang dilakukan pertama memilih wilayah yang mempunyai kategori miskin, dengan cara melihat kondisi mereka yang perumahannya di bawah standar, dengan kondisi penduduk yang sangat padat, lingkungan yang tidak teratur dan perkiraan tingkat kesehatan masyarakatnya yang buruk. Setelah itu konsultasi dengan ketua RW dan ketua-ketua RT untuk mencari informasi tentang warganya yang dianggap telah melakukan kenakalan, dengan perspektif labeling. Dari informasi tersebut data pada tiga RT. Berdasarkan data tersebut kita jadikan populasi dengan jumlah 40 remaja dan keluarga yang akan dijadikan unit dalam analisis. Dari jumlah tersebut dibuat listing dan tiap RT diambil 10 sampel (remaja dan keluarga) sehingga mendapat 30 responden. Pengambilan sample ini dengan cara random.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dipandu dengan daftar pertanyaan.

Responden remaja dalam penelitian ini ditentukan bagi mereka yang berusia 13 tahun-21 tahun. Mengingat pengertian anak dalam Undang-undang no 4 tahun 1979 anak adalah mereka yang berumur sampai 21 tahun. Dengan pertimbangan pada usia tersebut, terdapat berbagai masalah dan krisis diantaranya; krisis identitas, kecanduan narkotik, kenakalan, tidak dapat menyesuaikan diri di sekolah, konflik mental dan terlibat kejahatan (lihat transaksi individu-individu dan keluarga-keluarga dengan sistem kesejahteraan sosial).

IV. KERANGKA KONSEP

  1. Konsep Kenakalan Remaja

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono (1988 : 93) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”. Dalam Bakolak inpres no: 6 / 1977 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan remaja adalah kelainan tingkah laku / tindakan remaja yang bersifat anti sosial, melanggar norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Singgih D. Gumarso (1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll. Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985 : 73). Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal dalam bukunya “ Rules of Sociological Method” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

  1. Keberfungsian sosial

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif diantarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, menurut (Achlis, 1992) keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial kelurga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya, dan dengan tetangganya dll. Kemampuan berfungsi social secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunnya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya.

V. HASIL PENELITAN

A. Bentuk Kenakalan Yang Dilakukan Responden

Berdasarkan data di lapangan dapat disajikan hasil penelitian tentang kenakalan remaja sebagai salah satu perilaku menyimpang hubungannya dengan keberfungsian sosial keluarga di Pondok Pinang pinggiran kota metropolitan Jakarta. Adapun ukuran yang digunakan untuk mengetahui kenakalan seperti yang disebutkan dalam kerangka konsep yaitu (1) kenakalan biasa (2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan dan (3) Kenakalan Khusus. Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 responden, dengan jenis kelamin laki-laki 27 responden, dan perempuan 3 responden. Mereka berumur antara 13 tahun-21 tahun. Terbanyak mereka yang berumur antara 18 tahun-21 tahun.

Bentuk Kenakalan Remaja Yang Dilakukan Responden (n=30)

Bentuk Kenakalan

f

%

1. Berbohong

2. Pergi keluar rumah tanpa pamit

3. Keluyuran

4. Begadang

5. membolos sekolah

6. Berkelahi dengan teman

7. Berkelahi antar sekolah

8. Buang sampah sembarangan

9. membaca buku porno

10. melihat gambar porno

11. menontin film porno

12. Mengendarai kendaraan bermotor tanpa SIM

13. Kebut-kebutan/mengebut

14. Minum-minuman keras

15. Kumpul kebo

16. Hubungan sex diluar nikah

17. Mencuri

18. Mencopet

19. Menodong

20. Menggugurkan Kandungan

21. Memperkosa

22. Berjudi

23. Menyalahgunakan narkotika

24. Membunuh

30

30

28

26

7

17

2

10

5

7

5

21

19

25

5

12

14

8

3

2

1

10

22

1

100

100

93,3

98,7

23,3

56,7

6,7

33,3

16,7

23,3

16,7

70,0

63,3

83,3

16,7

40,0

46,7

26,7

10,0

6,7

3,3

33,3

73,3

3,3

Bahwa seluruh responden pernah melakukan kenakalan, terutama pada tingkat kenakalan biasa seperti berbohong, pergi ke luar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan teman, membuang sampah sembarangan dan jenis kenakalan biasa lainnya. Pada tingkat kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM, kebut-kebutan, mencuri,minum-minuman keras, juga cukup banyak dilakukan oleh responden. Bahkan pada kenakalan khususpun banyak dilakukan oleh responden seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, serta menggugurkan kandungan walaupun kecil persentasenya. Terdapat cukup banyak dari mereka yangkumpul kebo. Keadaan yang demikian cukup memprihatinkan. Kalau hal ini tidak segera ditanggulangi akan membahayakan baik bagi pelaku, keluarga, maupun masyarakat. Karena dapat menimbulkan masalah sosial di kemudian hari yang semakin kompleks.

B. Hubungan Antara Variabel Independen dan Dependen

    1. Hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan

Salah satu hubungan variabel yang disajikan disini adalah hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat kenakalan. Hal ini untuk mengetahui apakah anak laki-laki lebih nakal dari anak perempuan atau probalitasnya sama. Berdasarkan tabel hubungan diperoleh data sebagai berikut; Anak laki-laki yang melakukan kenakalan biasa 3 responden (10%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 responden, dan kenakalan khusus 22 responden (73,3%). Sedangkan anak perempuan yang melakukan kenakalan biasa 2 responden (2,7%) dan kenakalan khusus 1 responden (3,3%). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar yang melakukan kenakalan khusus adalah anak laki-laki (73,3%), namun terdapat juga anak perempuannya. Kalau dibandingkan diantara 27 responden anak laki-laki 22 responden (81,5%) diantaranya melakukan kenakalan khusus, sedangkan dari 3 responden perempuan 1 responden (33,3%) yang melakukan kenakalan khusus, berarti probababilitas anak laki-laki lebih besar kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Demikian juga yang melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, anak perempuan tidak ada yang melakukannya. Dengan demikian maka anak laki-laki kecenderungannya akan melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan lebih dibandingkan dengan anak perempuan.

    1. Hubungan antara pekerjaan responden dengan tingkat kenakalan yang dilakukan

Berdasarkan data yang ada, pekerjaan responden adalah sebagai pelajar dan tidak bekerja (menganggur) masing-masing 13 responden (43,3%), sebagai buruh dan berdagang masing-masing 2 responden (6,7%). Dari tabel korelasi persebaran datanya sebagai berikut; Pelajar yang melakukan kenakalan biasa 5 responden (16,7%), kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan 2 responden (6,7%), dan kenakalan khusus 6 responden (20%) . Sedangkan mereka yang tidak bekerja (menganggur) semuanya 13 responden melakukan kenakalan khusus, juga mereka yang bekerja sebagai pedagang dan buruh semuanya melakukan kenakalan khusus. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kecenderungan untuk melakukan kenakalan khusus ataupun jenis kenakalan lainnya adalah mereka yang tidak sibuk, atau banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif.

2. Hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan

Seharusnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin rendah melakukan kenakalan. Sebab dengan pendidikan yang semakin tinggi, nalarnya semakin baik. Artinya mereka tahu aturan-aturan ataupun norma sosial mana yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Atau mereka tahu rambu-rambu mana yang harus dihindari dan mana yang harus dikerjakan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Mereka yang tamat SLTA justru yang paling banyak melakukan tindak kenakalan 17 responden (56,7%) yang berarti separoh lebih, dengan terbanyak 12 responden (40%) melakukan kenakalan khusus, 2 responden (6,7%) melakukan kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan, dan 4 responden (13,3%) melakukan kenakalan biasa. Demikian juga mereka yang pendidikan terakhirnya SLTP, dari 12 responden, 11 responden (36,7%) melakukan kenakalan khusus. Sedang mereka yang hanya tamat SD 1 responden juga melakukan kenakalan khusus. Dengan demikian maka tidak ada hubungan antara tingkatan pendidikan dengan kenakalan yang dilakukan, artinya semakin tinggi pendidikannya tidak bisa dijamin untuk tidak melakukan kenakalan. Artinya di lokasi penelitian kenakalan remaja yang dilakukan bukan karena rendahnya tingkat pendidikan mereka, karena disemua tingkat pendidikan dari SD sampai dengan SLTA proporsi untuk melakukan kenakalan sama kesempatannya. Dengan demikian faktor yang kuat adalah seperti yang disebutkan di atas, yaitu adanya waktu luang yang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan positif, dan adanya pengaruh buruk dalam sosialisasi dengan teman bermainnya atau faktor lingkungan sosial yang besar pengaruhnya.

C. Hubungan Antara Kenakalan Remaja Dengan Keberfungsian Sosial Keluarga

Dalam kerangka konsep telah diuraikan tentang keberfungsian sosial keluarga, diantaranya adalah kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi keluarga yaitu jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya serta mampu memenuhi kebutuhannya.

1. Hubungan antara pekerjaan orang tuanya dengan tingkat kenakalan

Untuk mengetahui apakah kenakalan juga ada hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keberfungsian sosial, salah satunya adalah mampu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan data yang ada mereka yang pekerjaan oangtuanya sebagai pegawai negeri 5 responden (16,7%), berdagang 4 responden (13,3%), buruh 5 responden (16,6%), tukang kayu 2 responden (6,7%), montir/sopir 6 responden (20%), wiraswasta 5 responden (16,6%), dan pensiunan 1 responden (3,3%).

7

Dari tabel korelasi diketahui bahwa kecenderungan anak pegawai negeri walaupun melakukan kenakalan, namun pada tingkat kenakalan biasa. Lain halnya bagi mereka yang orang tuanya mempunyai pekerjaan dagang, buruh, montir/sopir, dan wiraswasta yang kecendrungannya melakukan kenakalan khusus. Hal ini berarti pekerjaan orang tua berhubungan dengan tingkat kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Keadan yang demikian karena mungkin bagi pegawai negeri lebih memperhatikan anaknya untuk mencapai masa depan yang lebih baik, ataupun kedisiplinan yang diterapkan serta nilai-nilai yang disosisalisasikan lebih efektif. Sedang bagi mereka yang bukan pegawai negeri hanya sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehingga kurang ada perhatian pada sosialisasai penanaman nilai dan norma-norma sosial kepada anak-anaknya. Akibat dari semua itu maka anak-anaknya lebih tersosisalisasi oleh kelompoknya yang kurang mengarahkan pada kehidupan yang normative.

2. Hubungan antara keutuhan keluarga dengan tingkat kenakalan

Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan remaja. Artinya banyak terdapat anak-anak remaja yang nakal datang dari keluarga yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya di keluarga

.

Dilihat dari keutuhan struktur keluarga, 21 responden (70%) dari keluarga utuh, dan 9 responden dari keluarga tidak utuh. Berdasarkan data pada tabel korelasi ternyata struktur keluarga ketidak utuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya untuk melakukan kenakalan, terutama kenakalan khusus. Karena ternyata mereka yang berasal dari keluarga utuh justru lebih banyak yang melakukan kenakalan khusus.

Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi, terlihat jelas bahwa mereka yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang interaksinya kurang dan tidak serasi sebesar 76,6%. Perlu diketahui bahwa keluarga yang interaksinya serasi berjumlah 3 responden (10%), sedangkan yang interaksinya kurang serasi 14 responden (46,7%), dan yang tidak serasi 13 responden (43,3%). Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk menciptakan keserasian dalaam interaksi mempunyai kecenderungan anak remajanya melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada kenakalan khusus.

3. Hubungan antara kehidupan beragama keluarganya dengan tingkat kenakalan

Kehidupan beragama kelurga juga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian sosial keluarga. Sebab dalam konsep keberfungsian juga dilihat dari segi rokhani. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma agama. Berdasarkan data yang ada mereka yang keluarganya taat beragama 6 responden (20%), kurang taat beragama 15 responden (50%), dan tidak taat beragama 9 responden (30%). Dari tabel korelasi diketahui 70% dari responden yang keluarganya kurang dan tidak taat beragama melakukan kenakalan khusus.

Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan anaknya melakukan kenakalan, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.

4. Hubungan antara sikap orang tua dalam pendidikan anaknya dengan tingkat kenakalan

Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter sebanyak 5 responden (16,6%), overprotection 3 responden (10%), kurang memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 responden (33,4%). Dari tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang orang tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan yang kurang memperhatikan 11 dari 12 responden melakukan kenakalan khusus. Dari kenyataan tersebut ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.

5. Hubungan antara interaksi keluarga dengan lingkungannya dengan tingkat kenakalan

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau tidak mau harus berhubungan dengan lengkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, hal itu meruapakan proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya. Mereka yang berhubungan serasi dengan lingkungan sosialnya berjumlah 8 responden (26,6%), kurang serasi 12 responden (40%), dan tidak serasi 10 responden (33,4%). Dari data yang ada terlihat bagi keluarga yang kurang dan tidak serasi hubungannya dengan tetangga atau lingkungan sosialnya mempunyai kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat yaitu kenakalan khusus. Keadaan tersebut dapat dilihat dari 23 responden yang melakukan kenakalan khusus 19 responden dari dari keluarga yang interaksinya dengan tetangga kurang atau tidak serasi.

6. Pernah tidaknya responden ditahan dan dihukum hubungannya dengan keutuhan struktur dan interaksi keluarga, serta ketaatan keluarga dalam menjalankan kewajiban beragama

Data tentang responden yang pernah ditahan berjumlah 15 responden, dari jumlah tersebut 3 responden (20%) karena kasus perkelaian, masing-masing 1 responden (6,7%) karena kasus penegeroyokan dan pembunuhan, 5 responden (33,3%) karena kasus obat terlarang (narkotika) dan 8 responden (53,3%) karena kasus pencurian.

Sedangkan responden yang pernah dihukum penjara berjumlah 10 responden dengan rincian 7 responden karena kasus pencurian, masing-masing 1 responden karena ksus pengeroyokan, pembunuhan, dan narkotika. Adapun lamanya mereka dihukum antara 1 bulan-3 tahun, dengan rincian sebagai berikut 4 responden (40%) dihukum penjara selama 1 bulan, 3 responden (30%) dihukum 3 bulan, masing-masing 1 responden (10%) dihukum 7 bulan, 2 tahun, dan 3 tahun . Dari responden yang pernah ditahan dan di hukum semuanya dari keluarga yang struktur keluarganya utuh, tetapi interaksinya kurang dan tidak serasi. Hal ini menunjukkan bahwa masalah interaksi dalam keluarga merupakan sebab utama seorang remaja sampai ditahan dan dihukum penjara. Sedangkan dari sudut ketaatan dalam menjalankan kewajiban agam bagi keluarganya masih terdapat 1 responden yang pernah ditahan dan dihukum karena kasus pencurian. Artinya bahwa ketaatan beragama dari keluarganya belum menjamin anaknya bebas dari kenakalan dan ditahan serta dihukum.

D. Analisis Hubungan Antara Keberfungsian Sosial Keluarga dengan Kenakalan

Remaja

Setelah dianalisis secara bivariat antara beberapa variabel, maka untuk melengkapinya dianalisis secara statistik dengan rumus product moment guna melihat keeratan hubungan tersebut. Berdasarkan tabel distribusi koefisiensi korelasi product moment diperoleh data sebagai berikut; nilai x = 510 y = 322 x2 = 9.010 y2 = 3.752 xy = 5.283 hasil perhitungan yang diperoleh = - 0,6022. Sedang nilai r yang diperoleh dalam tabel dengan taraf significansi 5%, dengan sampel 30 adalah 0,361 Berdasarkan data tersebut karena nilai r yang diperoleh dari hasil penelitian jauh dari batas significansi nilai r yang diperolehnya berarti ada hubungan negative antara keberfungsian keluarga dengan kenakalan remaja yang dilakukan. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial keluarga, akan semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin rendah keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya.

Dari uraian di atas bisa dilihat bahwa secara jenis kelamin terlihat remja pria lebih cenderung melakukan kenakalan pada tinglat khusus, walaupun demilikan juga remaja perempuan yang melakukan kenakalan khusus. Dari sudut pekerjaan atau kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur mempunyai kecenderungan tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka yang berdagang dan menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan kenakalan khusus. Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat kenakalan remajanya, artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi kebutuhan keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus. Demilian juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat menjalankan agama anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang kurang dan tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya melakukan kenakalan khusus.Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap anaknya juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data yang diperoleh bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca sosialisasi) terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus. Dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya dengan lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada tingkat kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya dengan lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif) maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat kenakalan remajanya (perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja. Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan social yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan.

Masngudin HMS, adalah peneliti pada Puslitbang UKS, Badan Latbang Sosial Departemen Sosial RI.

Daftar Pustaka

Achlis, 1992, Praktek Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung

Eitzen, Stanlen D, 1986, Social Problems, Allyn and Bacon inc, Boston, Sydney, Toronto

Gunarsa Singgih D at al, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta

Kartini Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta

Kaufman, James, M, 1989, Characteristics of Behaviour Disorders of Children and Youth, Merril Publishing Company,Columbus, London, Toronto

Nazir, Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

Sartono, Suwarniyati, 1985, Pengukuran Sikap Masyarakat terhadap Kenakalan Remaja di DKI Jakarta, laporan penelitian, UI, Jakarta

Soerjono Soekanto, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta

_______________, 1985 Perubahan Sosial, Rajawali, Jakarta

photo kegiatan 2009/2010



























































PAHLAWAN NASIONAL JABAR

Review

K.H. ZAINAL MUSTAFA

Oct 12, '07 5:13 AM
for everyone

Category:

Other





Bisa jadi loba anu nyngka yĕn perjoangan Kiai Haji Zainal Mustafa tĕh ukur dina jaman pendudukan Jepang wungkul. Pangna kitu tĕh lantaran anjeunna dina jaman harita dihukum patina. Padahal saenyana mah bagerakna tĕh ti keur jaman colonial Walanda kĕnĕh.

Kiai Zainal Mustafa tĕh pituin urang Singaparna, Tasikmalaya. Dina yuswa 20 taun, anjeunna ngadegkeun Pasantrĕn Sukamanah. Beuki lila, pasantrĕnna tĕh beuki gedĕ waĕ, kaimpungan ku santri ti mana mendi.

Aya hiji sikep Kiai Zainal Mustafa anu dipikasakempang pisan ku pamarĕntah colonial Walanda, nyaĕta nti penjajahan. Pikeun ngalilindeuk anjeunna, pamarĕntah colonial ngolo-ngolo ku kapangkatan, tapi kalah ditolak. Ku sabab ku cara lemes mah hĕsĕ, antukna digunakeun cara kasar. Kiai Zainal Mustafa jeung sawatara urang sobatna ditĕwak, terus digebluskeun ka Panjara Sukamiskin, ampir dua bula, kalawan tuduhan ngojok-ngojok rahayat sina barontak ka pamarĕntah. Dina bulan Pĕbruari 1942, anjeunna ditĕwak deui, terus ditahan di Panjara Ciamis.

Pamarĕnah kolonial Walanda ahirna ĕlĕh ku Jepang. Kiai Zainl Mustafa anu harita aya kĕnĕh di jero panjara diolo-olo deui ku pamarĕntah pendudukan Jepang. Heug dibĕbaskeun ti bui, asal daĕk cekel gawĕ di sĕndĕnbu (mun ayeun mah Departemĕn Penerangan).

“Ayeuna mah moal wara mĕrĕ kapastian, lantaran masih kĕnĕh capĕ. Haying reureuh heula,” saurna.

Sanggeus dibĕbaskeun, Kiai Zainal Mustafa tĕh boro-boro biluk ka Jepang, anu puguh mah kalah nĕmbongkeun sikep ngalawan. Dina pandangan anjeunna, Jepang tĕh teu bĕda ti Walanda anu datingna ka lemah cai urang pikeun ngajajah.

Pamarĕntah pendudukan Jepang terus ngadongsok sangkan Kiai Zainal Mustafa daĕk diajak gawĕ bareng, tapi teu hasil waĕ. Tayohna mah geus bĕak kasabaran, anu matak pamarĕntah pendudukan ngirim utusan ka Sukamanah pikeun nyangkalak pingpinan pasantrĕn.

Pasukan pulisi, anggota Keibodan, jeung Camat Tasikmalaya anu jadi utusan tĕa, sadatangna ka Sikamanah tĕh kalah terus ditingker ku urang dinya. Malah senjatana ogĕ dirampas. Najan kitu, saurang ogĕ taya aunu ditelasan, sabab Kiai Zainal Mustafa geus ngawawadian, ulah perang jeung bangsa sorangan. Mĕmang anu harita jadi utusan pamarĕntah Jepang tĕh bangsa urang kĕnĕh.

Balukar ayana ĕta kajadian, Sukamanah dirurug ku pasukan pamarĕntah pendudukan, ninggang dina poĕ Jumaah. Urang Sukamanah anu dipingpin ku Kiai Zainal Mustafa henteu gedag pamadegan. Der perang campuh, aya kana dua jamna. Lantaran ĕlĕh pakarang jeung ĕlĕh loba, ahirna pasukan sukamanah kadĕsĕh. Kiai Zainal Mustafa ditawan. Dina tanggal 24 Oktober 1944, anjeunna ditiban hokum pati ku pamarĕntahan pendudukan.

(tina buku Gapura Basa pikeun SLTP kelas hiji, Drs. R. Hidayat Suryalaga, Spk., Geger Sunten:Bandung, 1997, kaca 163 – 165)

Tags: pahlawan jawa barat

2 comments share


ReviewReview

OTO ISKANDAR DI NATA SI JALAK HARUPAT TI TATAR SUNDA

Oct 12, '07 4:38 AM
for everyone

Category:

Other

Sakumaha bangsa Indonĕsia, pangpangna urang Sunda, tangtu moal aya nu bireuk ka Oto Iskandar di Nata. Anjeunna tĕh salasaurang pahlawan nasional anu
gedĕ jasana pikeun bangsa jeung nagara Indonĕsia. Jasa-jasa anjeunna ĕbrĕh pisan dina lalakon jeung sajarah kamerdĕkaan. Ku urang bias kabandungan, kumaha harusna sora Pa Oto waktu ngedalkeun kareteg kahayang bangsana dina siding-sidang volksraad. Kalawan tatag anjeunna nyoara, aya dua pilihan pikeun bangsa Walanda: buru-buru indit ti tanah jajahan atawa kudu diusir heula!
Dina siding dĕwan rayat taun 1931, Pa Oto geus nandeskeun pamadegan yĕn Indonĕsia tĕh bakal merdĕka. Ari kangaranan hirup merdĕka mah geus jadi sipat sakur nu kumelendang. Tong boro manusa, dalah sati gĕ sarua. Bangsa Indonĕsia tangtu bakal merjoangkeun kamerdĕkaan sakuat tanaga. Sumanget rahayat moal bias ditumpes ku kakerasan jeung pakarang.
Pa Oto tĕh pituin urang Dĕsa Bojongsoang, Bandung. Dibabarkeunana tanggal 31 Maret 1897. ti keur budak kĕnĕh geus katĕmbong bakat jeung kamampuhna anu onjoy batan budak nu lian. Najan enya putra lurah, tapi ari sapopoĕna mah sok bareng waĕ jeung, anak cacah kuricakan.
Cita-cita Pa Oto haying jadi guru. Ku sabab keying jeung suhud dina diajar, ahirna ĕta cita-cita tĕh laksana. Anjeunna diangkat jadi guru di wewengkon Banjarnegara, Jawa Tengah. Ti dinya terus dipindahkeun ka Bandung.
Saenyana ti keur sakola guru kĕnĕh ogĕ Pa Oto geus kataji ku kagiatan kaom pergerakan. Pikeun ngamalirkeun pamadeganana, nya terus waĕ asup organisasi Budi Utomo. Ti saprak matuh di Bandung, anjeunna jadi anggota Paguyuban Pasundan. Malah dina ĕta organisasi ngaran Oto Iskandar di Nata mimiti dipikawanoh ku masarakat Indonĕsia, nyaĕta ti saprak jadi anggota dĕwan rayat tĕa. Ku pihak pamarĕntah kolonial, Pa Oto tĕh dianggap salasaurang kekentong pergerakan anu teu bias dianggap ĕntĕng. Pangna kitu tĕh sabab anjeunna ludeung nepikeun sora balarĕa anu gedĕ kawanina, Pa Oto meunang jujuluk “Si Jalak Harupat”. Dina budaya Sunda, sesebutan jalak harupat tĕh maksudna hayam adu nu salawasna tandang di pakalangan. Tah, kawani Pa Oto ogĕ dipapandĕkeun kana kawani hayam adu anu tara kungsi ĕlĕh.
Dina taun 1929, Pa Oto kapilih jadi Ketua Pengurus Besar Paguyuban Paundan. Dina jaman kapangurusan anjeunna, ĕta organisasi tĕh maju pisan, babakuna dina widang pulitik, ĕkonomi, persuratkabaran, jeung atikan.
Dina jaman merdĕka, Pa Oto dijungjung lungguh jadi Menteri Negara kabinĕt anu munggaran. Dina urusan kanagaraan, saenyana ti sawatara bulan samĕmĕh merdĕka ogĕ anjeunna geus pipilueun. Pa Oto kaasup anggota Panitia Persiapan Kemerdĕkaan Indonĕsia anu diantarana boga pancĕn nyusun UUD 1945 jeung Pancasila.
Hanjakal pisan, dina bulan Oktober 1945 Pa Oto aya nu nyulik. Anjeunna dipergasa tepi ka tilar dunya ku sawatara jalma nu teu boga rasa tanggung jawab.
Kiwari Pa Oto geus taya dikieuna. Tapi najan kitu ari sumanget jeung cita-citana mah masih kĕnĕh hurung dina jiwa bangsa Indonĕsia. Ku kituna, pikeun ngajĕnan jasa Pa Oto Iskandar di Nata saban tanggal 31 Maret sok dipiĕling wetonna, sarta sok diteruskeun jarah ka Pasir Pahlawan, nyaĕta makan Pa Oto Iskandar di Nata, perenahna di jajalaneun ka Lĕmbang.

(tina buku Gapura Basa pikeun SLTP kelas hiji, Drs. R. Hidayat Suryalaga, Spk., Geger Sunten:Bandung, 1997, kaca 40 – 42)
Katerangan nu sanes mangga toongan (Hatur Nuhun ka MH di milis Sunda "Kusnet")
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5600
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5599
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5592
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5591
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5590
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5589
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5588
http://yulian.firdaus.or.id/2005/09/19/si-jalak-harupat
http://www.solusihukum.com/tokoh/tokoh45.php
http://www.gatra.com/2003-08-31/versi_cetak.php?id=30925
http://www.korantempo.com/news/2004/11/10/Opini/32.html
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0311/10/sh04.html


Tags: pahlawan jawa barat

1 comment share


ReviewReview

Kapten Tubagus Muslihat

Oct 11, '07 9:16 PM
for everyone

Category:

Other





Ampir sakabeh warga Bogor, boh Kota atawa kabupaten Bogor, ngaliwatan ka jalan Kapten Muslihat, persis dihareupeun salah sahiji toserba, tagesna di Taman topi aya patung salah saurang pejoang nu keur nunjuk. Dina cangkengna nyampak pestol, gagah. Sakabehna oge pada nyaho eta teh patung na Kaptan Muslihat anu kungsi katambak di dinya. Ngan kumaha jeung saha Kapten Muslihat, anu dijadikeun ngaran salah sahiji jalan utama di kota Bogor. Jigana teu sakabeh jalma nyaho kumaha mantenna berjoang dina raraga ngamardekakeun lemah cai teh.
Pundah-pindah Gawe
Kapten Muslihat ngaran lengkana, Tubagus Muslihat, putrana Tubagus Djahanuddin anu ngagaduhan dua putra. Anjeunna dilahirkeun dina dinten Senen ping 26 Oktober 1926, di Pan deglang. Waktu harita Komunis keur meujeuhna rame ngbaruntak ka pamarentah Walanda.

Tubagus Muslihat sakola di HIS Rangkasbitung ngan ukur tepi ka kelas 3, saterusna pindah ka Jakarta anjeunan neruskeun deui ka HIS tepi ka tamat dina tahun 19540. Saterusna nuluykeun ka Taman Siswa bagian MULO tepi ka kelas 2. Kaluarna Muslihat ti sakola teh kulantaran kaayan jaman, saterusna digawe Bosbow Proefstation (Balai Panuluntikan Kahutan) di Gunung Batu, Bogor. Kakara sabaraha bulan digawe, kajaidan perang pasifik.

Tentara jeung pamarentah Hindia Walanda serah bongkokan, Kota Bogor harita didiukan ku Tangtara Dai Nippon. Kapten Muslihat eureun tina pagawean dina taun 1942, mangsa Jepang geus aya di Kota Bogor. Dina taun1943, Muslihat nyekel gawe di Rumah sakit Kedung Halang jadi juru rawat. Ngan teu kungsi lila pindah deui ka jawatan Kahutanan.
Waktu Bajoang
Waktu aya bewara sangkan nonoman jadi tantara Pembela Tanah Air ngageunjlengkeun jagat Nusantara, Muslihat langsung daftar jadi Tentara PETA. Sanggeus lulus sababarha kali testing, anjeunna di tarima jadi Shudancoo di Bogor babarengan jeung Tarmat, Ishak Djuarasa, abu Umar jeung Bustomi.

Tanggal 14 Agustus 1945, Tangtara Dai Nippon serah bongkokan ka Sekutu, waktu kota Hirosima jeung Nagasaki di bom ku Sakutu. Sok sanajan tepina ngan di Bogor harita jadi geunjleung, utamana diantara bangsa Jepang jeung tantarana.

Mun samemehna sok adigung adigung gede hulu, harita mah katempona teh jiga anu loba kasieun jeung bangun nu barararingung. Sakabeh anggota PETA anu aya dikaluarakeun ti asrama na ku jepang sanggeus saencanan bedil jeung pakarangna dicopotkeun.

Ngan Muslihat jeung sababaraha urang babaturan latihanana bisa kaluar ti asrama bari mawa pestol jeung pedang. Saterusna jeung rengrenganana aktif bajuang di BKR digawe bareng orhanisasi pemuda sejenna kayaning: API, AMRI, KRIS jeung Peisndo. Tubagus ngajaga kaamanan di jero kota bari sakalian ngarampasan pakarang ti leungeun Jepang.

Saterusna ngarebutan kantor jeung pausahaan bogana Jepang sangkan jadi milik Republik Indonesia. Kulantaran mibanda sikep anu teges, segala parentah jueng sikapna diturutan ku sakabeh anak buahna.

Pamarentah RI, secara dejure jeung de facto akhirna resmi di tangutngkeun di Kota Bogor, BKR dibubarkeun di jadikeun TKR ku Jendral Urip Sumohardjo, ari Tubagus Muslihat diangkat kalayan ngegem pangkat Letnan Hiji jadi Komandan Kompi IV Batalyon II TKR.

Dina Bulan Oktober 1945, kaayaan Kota Bogor kacida gentingna, Tangtara inggris jeung Gurkha asup ka jero kota bari di piluan ku NICA. Anu pangheulana didatangan teh nyaeta Tangsi Batalyon XIV urut Jepang anu memang dikosong keun.
Ngarasa gues kuat, lila lila bari jeung lalaunan manehna mimiti ngalagaan kakuasanana. Salah sahiji, Kota Paris, tempat nyonya-nyonya jeung anak Walanda (RAPWI) dikumpulkeun, saterusna direbut jeung jadi wilayah maranehanana.

Kaayaan di jero Kota Bogor beuki kacow, inggris tetela leuwih adigung adigung tibatan Walanda. Anu akhirna eta mangkeluk teh rek ngajorag ka istana anu harita keur dijaraga ku pamuda urang.

Parundingan di antara gegedan urang jeung inggris gagal, kalayan beurat hate, para pamuda teh ninggalkeun istana bari jeung ngarasa hanjelu kacida.

Akibat tina sikep inggris anu kacida nganyeringkeun hate bangsa urang, akhirna kajadian peperangan dina tanggal 6 Desember 1945 antara bangsa urang jeung tangtara inggris. Sok sanajan ukur ku awi seukeut jeung pakarang perang saayana, istana Bogor jeung Kota Paris jadi tempat pengperangan anu kacida rohakana.

Beurang jeung peuting pasukan Kapten Muslihat terus nyerang ka eta tempat kawas teu aya kacape jeung kagigis. Hiji peuting sawaktu Kapten Muslihat keur jeung kulawargana, jiganu geus meunang firasat, Kapaten Muslihat nyarita yen dirina moal bisa milu terus berjoang.

Ka ramana anjeuna nyarios saupamana putrana anu masih keneh dina kandungan lahir supaya di namian Gelar Merdeka.
Perlaya Di Medan Laga

Dina hiji waktu, nyaeta tanggal 25 Desember 1945, Kapten Muslihat dibarengan sababaraha anak buahna, salah saurang adina nyaeta, Gustiman (Muslihat teu nyahoeun adina milu dina rombongan) ngangempur kantor polisi anu aya di jalan Banten.

Dua beulah pihak silih tembak dina tempat panyumputan. Ngarasa kesel kulantaran perang eweuh hasilna, Kapten Muslihat Cengkat tuluy nembak, katempo sabaraha musuh ngajarungkel. Ngan sabalikna teu kanyahoan timana datangna, salah sahiji pelor musuh nembus beuteungna.

Ngan Kapten Muslihat terus nangtung bari nembak sok sanajan geus teu kaitung teuing sabaraha pelor anu kana awakna. Tetela pelor (anu sanggeus diayakeun bedah jenisna dum-dum) teh nyoekeun kulit patuanganana beureum pinuh getih.

Nempo kitu Gustiam nyampeurkeun tuluy nangkeup, tapi Kapten Muslihat marentahkeun adina sangkan buru-buru nyingkir, bisi nambahan korban.

Teu kanyahoan hijji pelor keuna kana tonggong, Kapten Muslihat rubuh, awakna baseuh ku getih, kaos anu tadi na bodas robah jadi beureum. Maseuhan awakna jeung lelmah cai. Bari jeung hese beleke kulantaran terus-terusan dihujanan pelor, warugana Kapten Muslihat akhirna bisa diangkat ka imahna di Pananragan ku barisan PMI bari dibantu ku anak buahna.

Samemeh malakul maut misahkeun raga jeung ruhna, ka apana anjeuna amanat yen duit simpenannana anu jumlahna Rp.600 (duit kertas jepang ) supaya di jariahkeun ka fakir miskin.

Ka kolegana jeung sakur anak buahna salah sahiji putra anu gugur pikeun ngamerdekakeun nagara ieu teh pesen sangkan neruskeun perjoangan.

“Urang pasti meunang jeung Indonesia bakalan merdeka.”

Maotna Kapten Muslihat disaksian ku Dr.Marzoeki Mahdi. Sabada ngucapkeun Takbir “Allohu Akbar” 3 kali, dina kaayaan anu tenang, pasrah sumrah, Kapten Tubagus Muslihat ngahadep Nu Nyiptakeun, Nu Ngamaotkeun jeung Nu Ngarajaan Alam Dunya, muliah ka jati mulang ka asal. Isukna, jasadna dikureubkeun dina kaayaan masih keneh perang bari ngantunkeun isteri anu nuju kakandungan.
(Dadang HP/Sejarah Perjuangan di DT II Bogor : Pemkab Bogor)
(Disalin tina Majalah Basa Sunda, Sampurasun ;Jati Diri Ki Sunda,
Taun Kahiji NO.02/September-okrtober 2006)

di cutat tina: http://www.kotabogor.go.id/index.php?Itemid=204&id=3324&option=com_content&task=view

Tags: pahlawan jawa barat

5 comments share


Review

KAPTÉN MUSLIHAT

Oct 11, '07 7:52 PM
for everyone

Category:

Other





Resep pisan upama urang kukurilingan di kota Bogor. Niténan kaéndahan kota bari nyeuseup segerna hawa ‘kota hujan’. Upama geus lungsé, urang bisa istirahat di salasahiji tempat pangreureuhan nu aya di tengah kota, upamana baé di Taman Topi.
Di ieu taman disadiakeun rupa-rupa kadaharan jeung inuman, boh anu tradisional kayaning céndol, és peuyem, rujak, jsb., boh kadaharan jeung inuman anu modéren.
Ieu taman téh lokasina stratégis pisan. Perenahna di Jalan Kaptén Muslihat, méh di tengah-tengah kota. Kaharti lamun saban waktu teu weléh ramé pada ngadeugdeug, pangpangna dina poé Minggu. Nu ngadon piknik sakulawarga umumna sok ngajugjug ka ieu tempat, niténan barang-barang seni, lukisan, cinderamata, atawa sukan-sukan di tempat kaulinan. Rupa-rupa pisan kaulinan barudak téh, aya momobilan, paparahuan, sapédah layang, jsb.
Minangka kaahéngan ieu taman, nyaéta ayana sawatara wangunan anu wangunna kawas topi. Ieu wangunan téh jerona dipaké toko, salon, réstoran, kantor pos, wartél, jeung kantor Pusat Informasi Turis. Éta sababna pangna ieu taman katelah Taman Topi, lantaran di jerona aya wangunan anu kawas topi.
Di hareupeun taman aya patung Kaptén Muslihat ngajega. Gagah pisan katénjona, kawas keur méré komando ngajak nyerbu ka musuh. Saha ari Kaptén Muslihat téh? Hidep aya nu apal riwayatna?
Ngaran lengkepna Kaptén Anumerta Tubagus Muslihat. Angpin perjoangan dina jaman revolusi ngalawan penjajah Walanda. Sakumaha umumna perjoangan bangsa Indonésia harita, rahayat Bogor ngagolak amarahna basa taun 1946 Walanda hayang ngajajah deui nagara urang anu geus merdéka. Rahayat Bogor singkil. Kajeun maot tutumpuran tibatan nagara ditincak deui ku kaom penjajah. Nya harita dipingpin ku Kaptén Muslihat jeung Mayor Toha, rahayat Bogor ngagerilya sarta nyerbu ka kantong-kantong pasukan Walanda. Éta serangan téh pohara matak musingkeunana ka pihak Walanda, lantaran pasukan gerilya anu nyerang téh metakeun strategi “neunggeul” tuluy “lumpat”. Kaptén Muslihat metakeun stratégi kitu taya lian lantaran kakurangan senjata.
Ku kateuneung Kaptén Muslihat jeung Mayor Toha, sumanget bajoang rahayat Bogor harita pohara gedéna, lir seuneu ngagugudag. Maranéhna hayang némbongkeun ka Walanda yén rahayat Bogor lain jalma leutik burih, tapi teuneung ludeung ngabéla bebeneran. Teu saeutik tihang listrik anu dicabut, dipaké laras mortir. Ku cara kitu, pihak Walanda tepi ka hemar-hemir ngarasa sieun.
Nalika keur mingpin pasukan rék mutuskeun jalan darat nu digunakeun ku pihak Walanda (Sekutu), Kaptén Muslihat katémbak. Katémbakna meneran di lebah dinya, hareupeun panto stasion karéta api Bogor, teu jauh di tempat wangunan patungna ayeuna. Kaptén Muslihat nu dilahirkeun di Pandéglang 25 Séptémber 1925, gugur nalika keur dirawat di Rumah Sakit Darurat Bogor (ayeuna Rumah Sakit PMI). Layonna dikurebkeun di Désa Panaragan, Bogor Kulon.
(tina buku Sabasa 2A kaca 30– 32)

Sumber dina internet
http://www.kotabogor.go.id/index.php?Itemid=101&id=3598&option=com_content&task=view

Tags: pahlawan jawa barat

0 comments share


Review

OTTO ISKANDAR DI NATA

Oct 11, '07 7:39 PM
for everyone

Category:

Other

OTO ISKANDAR DI NATA

Dina mangsa nagara urang dijajah ku Walanda, teu saeutik rahayat anu bajoang nanjeurkeun bebeneran jeung kaadilan. Enya ari pakarangna mah saayana, upamana baé pedang, tumbak atawa bambu runcing, tapi kateuneung rahayat pohara ngagedurna. Mending perlaya di medan perang tibatan kudu sumerah ka penjajah anu telenges. Kitu pamikiran umumna rahayat urang jaman harita. Bajoang bari metakeun pakarang téh tangtu baé aya hasilna sanajan pangorbanana kacida gedéna. Rahayat loba anu gugur di pangperangan atawa katalangsara alatan perang.
Sabenerna bajoang téh bisa ku rupa-rupa cara. Salian ti ngagunakeun pakarang, bisa ogé ku cara diplomasi atawa babadamaian jeung pihak anu ngajajah. Cara kitu téh geus dipilampah ku Pa Oto Iskandar di Nata.
Saha ari Pa Oto téh?
Pa Oto kaasup salasaurang pajoang anu teuneung ludeung nyanghareupan pamaréntah Walanda. Pa Oto lahir tanggal 31 Maret 1897, di Bojongsoang, Bandung. Anjeunna meunang jujuluk ‘Si Jalak Harupat” sabab kateuneungna téa dina ngabéla bebeneran. Anjeunna geus bajoang dina pergerakan nasional ngaliwatan lembaga resmi pamaréntahan Walanda nu disebut Volksraad.
Volksraad téh mun kiwari mah DPR, diresmikeun tanggal 18 Méi 1918 ku Gubernur Jéndral pikeun kapentingan pamaréntahan Walanda. Asalna ieu déwan téh dipingpin ku salah saurang ketua anu diangkat langsung ku Ratu Walanda jeung 48 urang anggotana. Dina bulan Méi 1927 anggotana nambahan deui jadi 60 urang.
Ieu kasempetan téh henteu domomorékeun ku Pa Oto. Kalawan meunang pangrojong ti sakabéh parapajoang anu sarua jadi anggota Volksraad, diantarana: K.H. Agus Salim, dr. Sutomo, HOS cokroaminoto, M.H. Thamrin, Mr. Muh. Yamin, jeung nu séjén-séjénna. Pa Oto mindeng nyarita peureus ngiritik pamaréntahan Walanda bari ngébréhkeun pamadegan-pamadeganana ngeunaan Indonésia merdéka. Dina salasahiji pidatona dina sidang Volksraad, Pa oto tatag pisan nyarita yén nagara Indonésia kudu merdéka, kudu leupas tina genggeman penjajah. Upama ayeuna urang sok ngagorowokkeun pekik “Merdéka!”, éta téh asalna ti Pa oto basa pidato dina sidang téa.
Dina jaman penjajahan Jepang ogé Pa Oto terus bajoang, di antarana milu ngadegkeun Barisan Pembela Tanah air, anu ilahar sok disebut PETA téa. Diadegkeunana PETA téh taya lian pikeun ngagedurkeun sumanget ka para pajuang sangkan terus bajoang ngahontal kamerdékaan.
Sabada nagara urang merdéka Pa Oto milu nyusun Undang-Undang Dasar 1945. Atuh sanggeus pamaréntahan Soekarno-Hatta nyusun kabinét anu munggaran, Pa Oto diangkat jadi Menteri Negara. Hanjakal dina taun 1945 katompérnakeun, basa nagara urang keur harénghéng, Pa oto aya nu nyulik. Layonna kapanggih geus ngambang di basisir Mauk Tangerang.

(tina Sabasa 1B kaca 11 – 13)

Sumber dina internet
http://yulian.firdaus.or.id/2005/09/19/si-jalak-harupat
http://www.solusihukum.com/tokoh/tokoh45.php
http://www.gatra.com/2003-08-31/versi_cetak.php?id=30925
http://www.korantempo.com/news/2004/11/10/Opini/32.html
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0311/10/sh04.html
Sumber ti nu sanes mangga toongan (Hatur nuhun MH, di milis Sunda "Kusnet")
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5600
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5599
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5592
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5591
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5590
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5589
http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritade tail&id=5588


Tags: pahlawan jawa barat

0 comments share


Review

DÉWI SARTIKA

Oct 11, '07 7:33 PM
for everyone

Category:

Other

Ngaran Déwi Sartika téh keur urang Sunda mah geus teu bireuk deui. Anjeunna salah saurang pahlawan pendidikan pituin urang Sunda. Dina kaayaan anu walurat jaman penjajahan Walanda, Ibu Déwi tigin ngadidik kaom istri Sunda anu harita harayang maju.

Ibu Déwi dibabarkeun di Bandung, tanggal 22 Désémber 1884. ramana Radén Rangga Somanagara, Patih Bandung harita. Ari ibuna Radén Ajeng Rajapermas, putra istri Bupati Bandung anu kakoncara Dalem Bintang.

Pa Somanagara kaasup ménak anu maju pikiranana. Ibu Déwi disakolakeun ka sakola Kelas Hiji. Hanjakal henteu lila, kudu eureun di kelas 2B. pangna kitu lantaran harita ramana Pa Somanagara sareng ibuna Bu Rajapermas dihukum buang ka Ternaté. Anjeunna dianggap nanduk ka Pamaréntah Walanda. Bu Déwi dipihapékeun ka uana Radén Demang Suria Kartahadiningrat anu katelah Aria Patih Cicaléngka.

Dina kaayaan kitu Bu Déwi tetep sabar bari migawé pancén sapopoé. Diajar rupa-rupa kaparigelan jeung kabinangkitan awéwé, kayaning masak, nyulam, ngabordél, jsb. Anléhna kana ngaguruan geus katémbong ti bubudak. Bu Déwi sok sasakolaan di tukangeun imahna. Sabakna ku kenténg. Ari geripna ku areng atawa apu. Batur-baturna sina dialajar maca, nulis jeung ngitung.

Bu Déwi sok dibelekesekkeun kana gawé ku uana, darajatna dianggap handap lantaran anak jalma buangan. Bu Déwi sok dititah nganteur kapilanceukna kursus basa Walanda, maca jeung nulis ka hiji nyonya Walanda. Lantaran karepna gedé hayang diajar bari uteukna éncér, Bu Déwi bisa nangkep naon-naon nu diajarkeun ti satukangeun panto. Ieu téh jadi modal anu pohara pentingna pikeun kahirupan Bu Déwi dina mangsa nu bakal datang.

Nu kasaksén ku Bu Déwi harita, kaom wanita wuwuh ngeuyeumbeu, ulukutek di dapur, bodo, sarta darajatna sahandapeun kaom lalaki. Ieu pikiran téh ngahudang kasadaran Bu Déwi pikeun ngamajukeun kaom wanita. Taya deui jalanna iwal ti kudu ngaliwatan pendidikan. Hartina kudu aya sakola anu husus pikeun kaom wanita, sangkan satata jeung kaom lalaki.

Bu Déwi pindah ti Cicaléngka sarta ngadeuheus ka uana nu séjén nu jadi Bupati Bandung, nyaéta R.A.A. Martanaga. Bu Déwi nepikeun pamaksudanana hayang ngadegkeun sakola pikeun kaom wanita. Paméntana ditedunan. Bu Déwi ngadegkeun sakola anu tempatna di pendopo kabupatén sarta dingaranan Sakola Istri. Ieu téh minangkan sakola munggaran di Indonésia pikeun kaom istri. Beuki lila muridna beuki nambahan. Ngan sakola tuluy diganti jadi Sakola Kautamaan Istri.

Kitu riwayat singget perjoangan Bu Déwi dina widang pendidikan. Anjeunna pupus di Cinéam Tasikmalaya, ping 11 Séptémber 1947 nalika nuju ngungsi lantaran aya agrési militér Walanda ka-1. lantaran jasana, tepi ka ayeuna jenengan Radén Déwi Sartika terus seungit ngadalingding. Méh di unggal kota di Jawa Barat jenenganana diabadikeun jadi ngaran jalan-jalan utama. Di kota Bogor ogé apan aya ngaran Jalan Déwi Sartika téh. Cing di lebah mana?
(tina buku Sabasa 1A kaca 47 – 49)

Sumber dina internet
http://yulian.firdaus.or.id/2004/12/04/raden-dewi-sartika
http://www.solusihukum.com/tokoh/tokoh43.php


Tags: pahlawan jawa barat

2 comments share


Review

RD. AYU LASMININGRAT

Oct 11, '07 7:25 PM
for everyone

Category:

Other






Radĕn Ayu Lasminingrat tĕh wanita Sunda anu ageing pisan jasana dina widang pendidikan. Dina taun 1907, anjeunna mokalan ngagedegkeun Sakola Kautamaan Istri di lingkungan pendopo Garut. Ieu sakola tĕh diajangkeun jadi tempat ngadidik para wanoja, anu dina mangsa harita mah can aya anu asup sakola. Sakur muridna dididik maca jeung nulis, katur karancagĕan liana anu dipikabutuh ku kaom wanoja.

Radĕn Ayu dibabarkeunana taun 1843, pituin urang Garut. Anjeunna tĕh putra Radĕn Haji Muhammad Musa, anu dina jaman harita jeneng Kapala Panghulu Kabupatĕn Garut.
Jaman harita mah can aya sakola pikeun barudak wanoja. Har, naha di mana atuh Radĕn Ayu diajarna? Kitu jigana pananya hidep tĕh. Tah, anjeunna mah diajarna tĕh ka Kontrolir Levisan urang Walanda. Lian ti diajar maca sareng nulis, diajar basa Walanda jeung ĕlmu pangaweruh liana deuih, hususna anu patali sareng kawanitaan.

Radĕn Ayu tĕh henteu ngan wungkul icikibung dina kagiatan sakola, tapi deuih getol ngadamel karngan. Ku kituna, anjeunna tĕh kalebet ahli sastra deuih. Karanganana dina basa Sunda dipedalkeun ku Balĕ Pustaka, tur jadi bacaan di saban Sakola Dasar.

Radĕn Ayu tĕh pasĕhat pisan dina nyangkem basa Walanda. Buku-buku sastra urang Ĕropa, hususnya pangarang ti Nagri Walanda, seueur anu ditarjamahkeun ku anjeunna kana basa Sunda. Dina narjamahkeunana ogĕ henteu salamina gugon kana wangun aslina, tapi seueur anu diserat deui dina wangunnan dangding. Umumna mah anu ditarjamahkeun ku anjeunna tĕh buku-buku bacaan barudak, diantarana anu judulna Warnasari jeung Kulit Kaldĕ.
Najan harita kaom wanita di urang masih kĕnĕh tinggaleun, tapi ari Radĕn Ayu mah gaulan tos lega, henteu mung sareng papada urang sunda wungkul, tapi deuih sareng bangsa asing. Ka Gupernur Jĕndral ogĕ anjeunna mah tos teu anĕh deui.

Radĕn Ayu nikahna ka Bupati Garut, Radĕn Adipati Aria Wiratanudatar VIII. Dina taun 1912, anjeunna ngadegkeun Sakola Istri, anu ambahanana langkung lega batan sakola anu diadegkeun dina taun 1907.

Anjeunna ngantun dina yuswa 105 taun. Garapanana dina widang pendidikan dilajengkeun ku salasawios putra wargina, nyaĕta Radĕn Purnamaningrat.

(tina buku Gapura Basa pikeun SLTP kelas dua, Drs. R. Hidayat Suryalaga, Spk., Geger Sunten:Bandung, cet. Ka-12,1997, kaca 30 – 32)



Sumber dina internet:
http://www.garut.go.id/pariwisata/index.php?mindex=daf_det_budaya&s_name=Tokoh_Sejarah&id_det=47
http://ernimuthalib.webspace4free.biz/semua/4355.htm

Tags: pahlawan jawa barat

2 comments share